BERTOBAT ATAU DICAMPAKKAN

PENAMPIAN DIMULAI DARI RUMAH TUHAN

Pada akhir zaman Tuhan akan melakukan penampian secara besar-besaran atas seluruh umat manusia, menampi lalang dari gandum, memisahkan kambing dari domba, memperjelas perbedaan antara orang-orang fasik dan orang-orang benar, menjauhkan orang-orang cemar dari orang-orang yang hidup kudus. Dan penampian akan pertama-tama terjadi di dalam rumah-Nya, di dalam gereja-Nya sendiri.

“Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi.” (1Petrus 4:17)

Jadi jangan main-main dengan dosa dan hidup terus dalam kecemaran. Selama ini kelihatannya orang yang menghina hadirat Tuhan dan terus menajiskan tempat kudus-Nya tetap hidup tenang tanpa teguran keras dan hidup berdampingan dengan orang-orang kudus. Namun waktunya akan segera tiba yaitu di akhir zaman ini, mereka akan dipisahkan. Orang-orang fasik yang menganggap ringan peringatan-peringatan-Nya akan dicampakkan ke dalam api Murka-Nya yang menyala-nyala.

“…Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:39-43)

BAGAIMANA NASIB ORANG YANG “SETENGAH-SETENGAH” ?

Pada beberapa kali acara Seminar Akhir Zaman, ada pertanyaan “bagaimana nasib orang yang setengah-setengah?” Yang dipertanyakan bagaimana nasib orang yang imannya tidak jelas, berada dalam status ‘mengambang’: Mengaku Kristen tetapi sering mencela orang yang berharap pada Tuhan. Tiap minggu pergi ke gereja tetapi tidak bertobat dari sikap dan perbuatannya yang tercela. Penampilan dan gaya bicaranya seperti Pendeta tetapi sifat dan kelakuannya seperti Perampok.

Pada akhir zaman tidak akan ada lagi orang yang setengah-setengah, yang statusnya ‘mengambang’ dan tidak jelas. Yang ada hanya orang benar dan orang fasik, tidak ada yang berada di antaranya. Wahyu pasal 22 ayat 11 menjelaskan hal ini : yang jahat akan terus jahat dan yang cemar akan semakin cemar sementara yang benar akan terus berbuat kebenaran dan yang kudus akan terus menguduskan dirinya. Semua orang akan menjadi jelas apakah dia orang benar ataukah orang fasik yang tidak mau mengenal Kebenaran.

Jadi yang merasa dirinya aman dalam “status quo”: tetap ke gereja tetapi hidup secara duniawi, mengaku Kristen tetapi tetap bersekutu dengan berhala-berhala, beribadah kepada Tuhan tetapi sering menganiaya dan memeras orang lemah, sebaiknya bertobat atau bersiap menerima penghakiman Allah.

PENYAKIT GEREJA DAN ORANG KRISTEN DI AKHIR ZAMAN

Dari kondisi Tujuh Jemaat di akhir zaman yang disingkapkan Kitab Wahyu ada 5 Jemaat yang dicela. Dan dari situ kita dapat mengenali 5 macam sikap pribadi Kristen maupun Gereja sebagai institusi pada akhir zaman ini.

1. MISKIN KASIH (LOVELESS)

Jemaat Efesus yang disebut pertama di Kitab Wahyu hampir tidak ada cacatnya, kecuali satu hal yaitu telah meninggalkan kasih. Dan ini bukan hal kecil di hadapan Tuhan dan dikatakan “betapa dalamnya engkau telah jatuh” (Wah 2:5), mereka harus bertobat dan kembali mengasihi seperti semula.

Banyak pribadi hamba Tuhan atau gereja yang mengalami pelayanan yang besar, secara sekilas seperti tidak kekurangan suatu apapun, tidak ada celanya dan terkesan paling benar. Tetapi seperti Jemaat Efesus, mereka telah menjadi miskin kasih. Kelembutan mereka telah berubah menjadi keras oleh tuduhan dan caci maki. Kemurahan mereka telah memudar oleh pahitnya tipu daya dunia. Kehangatan mereka telah sirna membeku oleh terpaan penghianatan dan aniaya.

Orang mungkin memberi “excuse” atau maklum kepada mereka yang telah menjadi besar hampir dalam segala hal, kalau menjadi sedikit kurang dalam hal kasih. Tetapi Tuhan tidak memaklumi hal itu dan berkata jika mereka tidak mengasihi mereka akan kehilangan ‘kaki diannya’: jemaatnya (apa yang Tuhan telah percayakan kepadanya). Artinya Tuhan tidak bisa mempercayakan sesuatu kepada mereka lagi. Mengapa ? Karena dalam Tuhan, segala sesuatu harus dikerjakan dengan kasih, tanpa kasih semua prestasi sebesar apapun menjadi nol besar alias tidak berarti (1 Kor 13:1-3).

2. MEMELIHARA BERHALA (IDOLATRY)

Banyak orang yang mengaku Kristen tetapi berani menyimpan berhala. Baik berupa jimat-jimat maupun benda-benda agamawi dan patung-patung orang suci. Seperti Jemaat Pergamus kesesatan ini justru datang dari guru-guru palsu yang berada di tengah-tengah jemaat Tuhan sendiri. Dengan licin mereka memperdaya umat Tuhan yang tidak memahami Firman Allah dan berkata patung-patung itu untuk menghormati dan memuliakan pribadi yang digambarkannya bukan patung-patung itu sendiri. Padahal semua penyembahan berhala dalam agama-agama kuno juga demikian, mereka bukan menyembah semen atau batunya, tetapi pribadi atau roh-roh yang digambarkan oleh patung-patung dan ukir-ukiran itu.

Patung-patung adalah kekejian bagi Tuhan, artinya Tuhan sangat membenci segala bentuk patung. “Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan, suatu kekejian bagi TUHAN, buatan tangan seorang tukang, dan yang mendirikannya dengan tersembunyi.” (Ulangan 27:15)

Jangan memelihara patung-patung dalam rumah, pastilah Murka Tuhan akan menyala-nyala atas keluargamu. Pedang Tuhan akan terarah kepada mereka yang tidak mau bertobat dari ‘bergaul’ dengan berhala-berhala (Wah 2:14-16)

“Dan janganlah engkau membawa sesuatu kekejian masuk ke dalam rumahmu, sehingga engkau pun ditumpas seperti itu; haruslah engkau benar-benar merasa jijik dan keji terhadap hal itu, sebab semuanya itu dikhususkan untuk dimusnahkan.” (Ulangan 7:26)

3. KOMPROMI PADA AJARAN SESAT

Pada akhir zaman ini juga banyak pendeta dan gereja modern yang tidak mengerti sejarah dan tidak memahami Kitab Suci sehingga mereka toleran dan tidak waspada terhadap ajaran gereja yang sesat. Mereka berpikir untuk saling menghormati dan membiarkan imam-imam lain mengajar jemaat mereka seperti terjadi pada Jemaat di Tiatira (Wah 2:20)

Belakangan ada usaha untuk menyatukan umat Tuhan dan gereja-gereja, namun kita harus mewaspadai gerakan ini agar apa yang telah diperjuangkan para martir dan bapa-bapa Reformasi Gereja, yang telah bersusah payah memisahkan umat Tuhan dari kesesatan menjadi sia-sia. Mereka berusaha dengan susah payah mengupayakan pemisahan, orang-orang yang tidak mengerti sejarah dan mengabaikan Firman Allah dengan mudah berkompromi menyatukan kembali.

Karena sikap kompromi ini, jemaat yang sebaik Tiatira sekalipun dapat terperosok dalam berbagai kesukaran. Beberapa anggota jemaat menjadi sakit, dan ada anak-anak yang akan menjadi korban karena kesesatan yang terjadi (Wah 2:23).

4. MATI ROHANI ATAU MENJADI DUNIAWI

Pada akhir zaman banyak orang Kristen dan gereja yang kelihatannya ‘hidup’ tetapi sebenarnya mati rohaninya seperti Jemaat Sardis (Wah 3:1). Kelihatannya seperti orang yang beriman, tetapi pada kenyataannya sangat kuatir dengan kecukupan hidup sehari-hari. Kelihatannya mengejar Kerajaan Allah, tapi dalam hatinya penuh dengan keinginan untuk menjadi kaya dan tamak akan harta. Rajin menyelidiki kitab suci, tetapi tujuannya hanya untuk menyenangkan telinga yang mendengar dan mencari untung (2Kor 2:17).

Banyak Pendeta yang bertekun dalam kesetiaan untuk menyampaikan isi hati Tuhan, tetapi tidak sedikit yang telah ‘melecehkan diri’ menjadi pemuas telinga orang (2Tim 4:3). Mereka berdalih dengan berkata berorientasi kepada jemaat, padahal mencari kesenangan manusia. Mereka tidak lagi menjadi hamba Tuhan, tetapi telah menjadi hamba uang (1 Pet 5:2b). Mereka beribadah kepada Tuhan, tetapi memungkiri kekuatannya (2Tim 3:5). Sebaliknya mereka mengajarkan ibadah buatan sendiri yang nampaknya penuh hikmat tetapi yang sebenarnya tidak ada gunanya (Kol 2:23).

Tidak sedikit orang Kristen dan Pendeta yang terbawa arus dan mengagumi filsafat-filsafat dunia. Bahkan ada di antara mereka yang mengajarkannya dalam gereja-gereja dengan sedikit dikemas dan dibumbui ayat-ayat dari Kitab Suci. Tetapi sesungguhnya ajaran yang mereka kotbahkan adalah adat-istiadat manusia (Mar 7:7-9).

Pribadi dan Gereja seperti Jemaat Sardis ini harus bertobat dan kembali menuruti Firman Allah. Jika tidak mereka akan tertinggal dan tidak turut diangkat, sebab mereka tidak mengasihi Firman Allah dan mereka tidak akan tahu pada waktu mana Tuhan akan datang nanti (Wah 3:3).

5. SUAM & AGAMAWI

Tidak sedikit juga Gereja dan Pribadi Kristen yang hidupnya suam-suam kuku dan sangat agamawi di akhir zaman seperti Jemaat Laodikia. Banyak orang ketika membayangkan arti ‘suam-suam kuku’ adalah tidak bergerak dan tidak bersemangat. Tetapi makna yang dimaksud bukannya tidak ada gerakan atau bukannya tidak bersemangat, tetapi justru banyak aktivitas namun tidak ada ‘rohnya’ alias hanya digerakkan oleh rutinitas dan kewajiban agamawi.

Laodikia bukan jemaat yang tidak bergerak dan pasif, dari pengakuannya di Wahyu pasal 3 ayat 17, nyata bahwa Laodikia adalah jemaat yang yakin diri ‘penuh’ dengan aktivitas dan pelayanan sehingga dikatakan “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa”. Namun Tuhan melihat bukan hanya seberapa banyak aktivitas dan pelayanan, tetapi terutama bagaimana mereka mengerjakan semua itu. Tuhan tidak melihat jumlah kegiatan atau hasil yang dicapai oleh suatu pelayanan, tetapi lebih bagaimana proses mencapai semua itu.

Tuhan menyatakan bahwa Jemaat Laodikia itu: malang, menyedihkan, miskin, buta dan telanjang (Wah 3:17). Apa yang salah dalam proses pelayanan Jemaat Laodikia? Perhatikan di Wahyu pasal 3 ayat 18 ada 3 hal yang menjadi kekurangan mereka: ‘emas yang murni’, ‘pakaian putih’ dan ‘minyak untuk melihat’. Artinya pelayanan harus dikerjakan oleh “orang benar” (emas yang murni=orang yang tahir Mal 3:3), dengan “cara benar” (pakaian putih=perbuatan benar Wah 19:8) dan “motivasi benar” (minyak= Roh Kudus memampukan kita melihat pengharapan dalam cahaya Injil yaitu Kemuliaan Kristus supaya jangan dibutakan oleh ilah zaman ini – 2Kor 4;4, yaitu melayani dengan motivasi dunia dan segala kemegahannya Mat 4:8).

Jadi Pelayanan seberapapun besar dan dahsyat dampaknya, hanya menjadi berkat bagi yang menerima, bukan yang melaksanakannya, jika dilakukan dengan cara agamawi seperti Jemaat Laodikia. Orang tidak bisa bermegah dan berlindung dengan cara melakukan banyak pelayanan hebat dan dapat tenang-tenang hidup secara tidak benar. Orang Kristen jangan berpikir dapat menghalalkan segala cara demi suatu tujuan pelayanan. Jangan berharap dibenarkan karena suatu perbuatan baik bila didasari oleh motivasi yang duniawi dan keuntungan pribadi.

Itu sebabnya dikatakan bahwa pada akhir zaman banyak orang yang mungkin disebut “Pendeta Besar” dan “Hamba Tuhan” yang berkata: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu?” akan ditolak Tuhan. Tuhan akan mengusir mereka dan berkata : “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:22-23)

BERTOBAT ATAU DICAMPAKKAN

Ingatlah bahwa waktu menampi akan datang segera, waktu untuk memisahkan akan datang tiba-tiba.

“Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Mat 13:40-42)

Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar kata Roh kepada jemaat-jemaat. Bertobatlah dan berbaliklah kepada Allah. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!

Sumber : http://houseofrevelation.com/?p=696#more-696